Asmi Yuriana Dewi Blog

Blog Pribadi Asmi Yuriana Dewi
Browsing PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

Pengambilan Keputusan Dalam Pembelajaran

June24

Koneksi Antar Materi (3.1)

 Pengambilan Keputusan Dalam Pembelajaran

Asmi Yuriana Dewi, M.Pd

SMAN 11 Padang

CGP Angkatan 4

 

Ingarso sung tulodo

Ing madyo mangun karso

Tutwuri handa yani

Adalah semboyan yang mendasar dalam dunia pendidikan. Ing ngarso sung tulodo  bermakna yang menjadi pedoman, penunjuk arah bagi yang dibelakangnya.  Pembelajaran yang dikandungnya setiap berperan didepan harus mampu memberi contoh dalam segala aspek. ing madya mangun karso bermakna yang ditengah memberi semangat dan tut wuri handayani  bermakna yang dibelakang memberi dorongan. Setiap guru hendaklah memahami dan mengamalkan semboyan tersebut dalam memimpin pembelajaran. Kihajar dewantara dengan filosofi Pratap Triloka mengisyaratkan peran guru dalam mengayomi, mengarahkan dan mendorong siswa menjadi kunci dalam membentuk siswa yang berbudi pekerti dan siap untuk bermasyarakat. Dengan memahami dengan baik filosofi tersebut guru akan bijak mengambil keputusan dalam pembelajaran.

Nilai-nilai yang ada pada seorang guru akan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Tingkat empati, sosial, disiplin dan nilai lainnya menentukan cara guru menentukan keputusan sehingga pengalaman yang dialami siswa dalam pembelajaran akan membentuk karakter siswa sesuai pengalaman belajar yang dialami. Bagaimana seorang guru akan berpengaruh terhadap siswanya. Guru yang mampu menebarkan nilai-nilai kebaikan akan membentuk siswa yang menebar kebaikan. Guru yang disiplin akan membentuk siswa yang disiplin juga. Guru yang tepat mengambil keputusan akan membentuk siswa yang bijak.

Untuk pengambilan keputusan harus melewati tahapan-tahapan agar keputusan yang diambil itu tepat. Salah satu kegiatan yang sejalan dengan tahapan tersebut adalah kegiatan coaching . Kegiatan coaching sangat penting sekali untuk menggali informasi, mengumpulkan data yang valid dan menentukan arah solusi yang bisa diambil. Kegiatan coaching dan pengambilan keputusan adalah hal yang berkaitan. Pembiasaan kegiatan coaching sangat penting untuk menghasilkan keputusan yang tepat dan membiasakan siswa menemukan solusi sendiri dari permasalahan yang dihadapi.

Selain itu, hal yang sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan  dalam pembelajaran adalah kemampuan sosial dan emosional guru. Ada 5 kompetensi sosial dan emosional guru yang akan berdampak terhadap keputusan yang diambil antara lain: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pengelolaan kompetensi tersebut menggambarkan bagaimana proses pembelajaran, proses interaksi dan membangun empati di kelas. Kompetensi sosial dan emosi guru tersebut akan sangat menentukan bagaimana guru melakukan tahapan dan pengujian dalam pengambilan keputusan yang tepat.

Dengan kompetensi sosial dan emosional yang baik, melakukan tahapan-tahapan pengujian pengambilan keputusan guru akan bisa menentukan keputusan yang tepat sehingga tidak terjebak kepada bujukan moral. Guru dalam menghadapi masalah atau kasus siswa yang beragam tentu akan menemukan banyak dilema etika yang harus ditelaah dengan baik. Tahapan uji untuk pengambilan keputusan menjadi kunci terhadap solusi yang akan dilakukan guru agar keputusan yang diambil tepat dan bisa diterima semua pihak dengan baik. Keputusan yang tepat akan memberikan dampak situasi yang kondusif dan aman.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran, menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Tentu tidak mudah untuk dengan jumlah kelas yang banyak. Kompetensi sosial dan emosional punya kontribusi besar dalam mewujudkan kelas yang menyenangkan. Kolaborasi guru dan siswa dalam mengembangkan dan membangun kompetensi sosial dan emosi akan menentukan hasil dari proses pembelajaran dan pengambilan keputusan. Kegiatan coaching yang kontiniu agar siswa bisa mengidentifikasi kendala yang sedang dihadapi dan menemukan solusi sendiri perlu dijadikan budaya demi mewujudkan merdeka belajar. Selain itu, setiap dilema etika yang dihadapi siswa menemukan solusi yang tepat dan tidak terjebak terhadap dengan kasus yang bersifat bujukan moral.

Bagaimana guru melakukan pengambilan keputusan adalah pembelajaran bagi siswa. Pengalaman belajar yang dialami siswa adalah pembiasaan dan pembentukan karakter. Pengalaman baik akan membentuk pribadi yang baik. Guru dengan kompetensi sosial dan emosional yang baik akan membangun kompetensi sosial dan emosi siswa yang baik juga. Guru tepat dan bijak dalam mengambil keputusan akan membentuk siswa menjadi jiwa pemimpin yang arif dalam membuat kebijakan dan keputusan dimasa yang akan datang.

 

Pembiasaan Budaya Disiplin Positif Di Sekolah

June14

Pembiasaan Budaya Disiplin Positif Di Sekolah

Asmi Yuriana Dewi, M.Pd

SMAN 11 Padang

CGP Angkatan 4

 

Pengetahuan dan pengalaman yang saya peroleh pada program guru penggerak akan saya bagikan kepada guru yang di SMAN 11 Padang terutama kepada komunitas praktisi yang sudah dibentuk. Sharing pengalaman dilakukan dalam bentuk diskusi dengan komunitas praktisi dalam menyusun program untuk kemajuan sekolah. Dalam pembiasaan budaya disiplin positif saya akan bekerja sama dengan Tim Gerakan Disiplin Sekolah (GDS) menjadi komunitas praktisi disiplin sekolah yang didalamnya juga terdapat guru BK sangat berperan sebagai konselor, mentor dan coach bagi siswa. Tim GDS inilah yang akan berperan dalam kontrol terhadap budaya disiplin sekolah dalam hal merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan tindak lanjut program yang akan dilaksanakan.

Dalam pelaksanaanya tim GDS akan dihadapkan dengan permasalahan siswa seperti kedatangan siswa yang tidak sesuai jadwal, atribut siswa yang tidak sesuai dengan aturan sekolah dan permasalahan siswa yang mengandung dilema etika. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, langkah awal dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin untuk menganalisa masalah yang ada. Dengan hasil analisa tersebut dilakukan validasi untuk melihat kebenaran dari akar permasalahan yang ada. Dari situlah dilakukan tahapan pengambilan keputusan untuk memperoleh keputusan yang terbaik. Praktik dari pengetahuan yang diperoleh pada kegiatan pendidikan guru penggerak secara bertahap saya praktikan pada kegiatan pengambilan keputusan karena setiap harinya saya berhadapan dengan kesiswaan yang pada umumnya butuh pengambilan keputusan yang tepat.

Misalkan saja, setiap hari saya dan tim GDS akan berhadapan dengan penanaman budaya disiplin positif di sekolah terkait kedatangan siswa yang sesuai jadwal. Kesepakatan sekolah bahwa pukul 07.45 gerbang sudah ditutup sudah diketahui semua siswa. Namun setiap harinya ditemukan beberapa siswa yang terlambat dengan berbagai alasan. Menyikapi hal tersebut, saya dan tim GDS akan memberikan pembinaan kepada siswa tersebut dengan memberikan arahan, meminta siswa tersebut membuat kesepakatan untuk siswa tersebut jika terlambat lagi. Pada surat perjanjian yang menjadi dokumen kesepakatan tersebut siswa diminta menjelaskan penyebab yang jelas keterlambatan siswa tersebut ke sekolah.  Dari data tersebut ditemukan beberapa siswa yang memang karena bekerja di malam hari seperti berdagang dan nelayan, ada yang ketiduran, kendaraan yang bermasalah dan transportasi ojek yang kurang karena rumah jauh. Tim GDS BK akan memberikan pembinaan kepada siswa tersebut agar bisa mengatasi permasalahan siswa tersebut. Setelah dilakukan pembinaan maka siswa tersebut tetap diizinkan mengikuti PBM hari tersebut dengan mengingat siswa tersebut ada yang tinggal jauh di daerah yang memang transportasi ojek sulit. Namun siswa tersebut diminta komitmen dengan perjanjian yang telah mereka buat.

Untuk pengambilan keputusan ini saya berkolaborasi dengan tim GDS, guru piket dan wali kelas. Sejauh ini terhadap koordinasi yang baik, untuk melakukan pembinaan terhadap siswa dengan tahapan sesuai dengan kebutuhan/permasalahan yang dihadapi siswa. Guru BK yang sangat berperan sebagai konselor, mentor dan coach bagi siswa selalu melakukan kontrol terhadap siswa secara rutin, salah satunya adanya kebijakan sekolah dimana setiap siswa wajib diskusi dengan guru BK minimal 1 kali dalam setiap semesternya. Hal ini sangat efektif sekali dalam menggali kendala/permasalahan yang dihadapi siswa. Dengan menganalisis permasalahan siswa tersebut dapat dilakukan pengambilan keputusan secara bersama sehingga diyakini efektif menyikapi permasalahan siswa tersebut.

Dalam hal budaya positif dilingkungan guru juga ditemui beberapa permasalahan khususnya pada komunitas praktisi. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam komunitas praktisi terkadang molor akibat banyaknya tugas tambahan yang dilakukan oleh guru yang tergabung dalam komunitas praktisi. Misalnya komunitas praktisi dalam pengontrolan disiplin sekolah, masih adanya dari komunitas yang kurang peduli dengan kegiatan GDS. Untuk itu dilakukan kegiatan evaluasi yang kontiniu dan pengembangan program yang terjadwal. Untuk kegiatan komunitas praktisi “SMAN 11 TV” terkadang juga terkendala jadwal tayang program yang diundur. Hal ini disebabkan karena beberapa anggota komunitas praktisi yang punya tugas tambahan lain, sarana dan prasarana yang kurang dan masih belum idealnya koordinasi antara anggota komunitas praktisi yang terdiri dari unsur guru dan siswa. Melihat kondisi tersebut, dibangun rapat evaluasi dari masing –masing program dan  satu kali sebulan baru dilakukan rapat gabungan. Secara bertahap sarana dan prasarana dilengkapi sehingga anggota komunitas praktisi tidak terganggu bekerja dan bisa mengatur jadwal sendiri.

Dokumentasi kegiatan

1.       Kegiatan diskusi dengan ketua kelas

2.       Kegiatan diskusi dan evaluasi dengan tim GDS

 

3.       Kegiatan  kontrol disiplin siswa dan pembinaan bagi siswa yang terlambat

 

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

February8

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

ASMI YURIANA DEWI, M.Pd

SMAN 11 PADANG

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN  4

KOTA PADANG _ SUMATERA BARAT

 

klik  di sini

  1. Latar Belakang

 

Semakin canggihnya kemajuan zaman berdampak positif dan negatif dalam dunia pendidikan. Kemajuan teknologi yang sangat cepat, memberikan efek yang luar biasa dalam dunia pendidikan. “Dunia dalam genggaman” dengan kecanggihan teknologi internet, smartphone telah digunakan oleh semua kalangan dari anak kecil sampai orang tua. Sejauhmana kontrol keluarga dalam memfilter penggunaan handphone dan bagaimana peran sekolah dalam meminimalisir dampak negatif dari kemajuan teknologi ini.

Kondisi pembelajaran daring pada saat pandemi ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi internet melalui smartphone untuk menjadikan pembelajaran yang inovatif. Namun, tidak kehilangan jati diri dalam membentuk budaya positif bagi siswa, membentuk karakter yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Tantangan besar untuk mengevaluasi pembelajaran daring pada situasi ini untuk melihat sejauhmana tercapainya tujuan pendidikan, terutama evaluasi terhadap pembiasaan budaya positif bagi siswa seperti disiplin, berkarakter, mandiri, tanggung jawab, religius, dan hormat kepada orang tua.

Dengan menelaah lagi, dasar-dasar pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang menginspirasi dan dasar bagi pendidikan Indonesia diantaranya menuntun, pendidikan yang berpihak kepada anak, anak bukan tabula rasa, menumbuhkan budi pekerti. Guru seyogya mengilhami dasar-dasar pendidikan dalam menumbuhkan budaya positif bagi siswa untuk menimalisir dampak negatif dari penggunaan internet dan smartphone dikalangan siswa saat ini. Menuntun dengan memperhatikan kodrat anak dan kodrat zaman, perkembangan teknologi yang pesat tetap tidak menghalangi bagi guru, sekolah untuk menanamkan budaya positif bagi siswa. Budaya positif akan menjadi dasar bagi anak untuk mampu hidup mandiri dan aman ditengah masyarakat.

Dalam mewujudkan budaya positif yang mengakar di sekolah harus didukung oleh semua stakeholder sekolah. Budaya positif dimulai dari pembiasaan positif dan tertanam secara sadar. Pembiasaan positif dilakukan secara konsisten agar menjadi motivasi instrinsik, terbiasa, tertanam dan terbentuk budaya positif di sekolah dalam mewujudkan siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Mandiri, Bernalar kritis, Kebinekaan global, bergotong royong dan kreatif.

 

  1. Deskripsi Aksi Nyata

 

Dalam membangun budaya positif di sekolah harus didukung oleh semua pihak disertai program dan pembiasaan yang dilaksanakan secara konsisten. Bentuk kegiatan pembiasaan budaya positif dalam ruang kelas dan kegiatan di luar kelas. Pada kegiatan di dalam kelas dalam bentuk memberikan penguatan akan kemampuan siswa, motivasi, membangun disiplin dalam tugas dan mematuhi tata tertib sekolah.

Pada kegiatan di luar kelas menyangkut kebijakan sekolah dengan program kegiatan pembiasaan budaya positif. Keyakinan sekolah dalam tata tertib sekolah direvisi dan disusun dari tahun ke tahun oleh MPK/OSIS, dan nantinya disosialisasikan ke anggota kelas untuk langkah pembiasaan siswa, mengontrol dan evaluasi pelaksanaan keyakinan sekolah oleh Tim Gerakan Disiplin Sekolah (GDS). Selain itu, dilaksanakan kegiatan kelas motivasi, pembentukan karakter untuk mendukung pelaksanaan pembiasaan budaya positif.

  1. Proses pembelajaran di kelas

Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Memberikan motivasi secara kontiniu kepada siswa akan kemampuan diri dan pentingnya budaya positif

 

  1. Menyediakan Buku kendali Ibadah dan Ringkasan Kultum

Pembiasaan positif dilakukan dengan menyediakan buku kendali ibadah dan ringkasaan kultum bagi siswa. Hal ini menjadi alat kontrol bagi sekolah dan orang tua sejauhmana pembiasaan ibadah siswa. Selian itu, ringkasan kultum sebagai bukti siswa mendengarkan kultum yang dilaksanakan setiap Jumat pagi baik secara daring maupun tatap muka dan bagian program gerakan literasi sekolah.

buku kendali ibadah

 

 

 

 

 

2. Peraturan sekolah.

Meskipun keyakinan sekolah yang telah menjadi peraturan sekolah telah dicoba melalui tahapan yang idealnya, dimana tim MPK OSIS menelaah peraturan sekolah dan diteruskan pada tahapan sosialisasi pada masing-masing kelas.  Situasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mengakibatkan menurunnya pembiasaan siswa. Untuk menyikapi hal demikian sekolah berusaha untuk mengingatkan demi pembiasaan disiplin sekolah. Bertahap karena efek PJJ yang membuat siswa terlena tanpa aturan seragam sekolah

 

upacara gds gerbang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. Kelas Motivasi

Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dan pembiasaan budaya positif yang tertanam dari kesadaran dalam diri, perlu adanya kegiatan motivasi secara konsisten dan berkelanjutan. Menyikapi hal demikian sekolah membuat program kelas motivasi pertingkat. Kegiatan ini dilaksanakan secara bergantian perminggunya

kelas motivasi 2 kelas motivasi 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4. Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan MPK/OSIS

Dalam menyiapkan kepengurusan MPK/OSIS dan membekali siswa dengan jiwa kepemimpinan maka dilaksanakan latihan dasar kepemimpinan. Pada LDK yang dilaksanakan di SMA INS kayu tanam ini siswa dipupuk dengan pembiasaan budaya disiplin positif agar nanti siap memegang amanah dan bisa menebar budaya positif kepada teman-temannya di sekolah

ldk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. Kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah bagi siswa mengembangakan bakat dan minatnya. Motovasi dan kepercayaan diri akan tumbuh ketika siswa mampu mengekplore kemampuannya. Selain itu, disiplin positif siswa akan terbentuk dengan kegiatan pengembangan diri/ekstrakukrikuler

ekskul 2 ekskul 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6. Diskusi Rutin dengan MPK/OSIS

  agenda rutin

 

 

 

 

 

 

7. Kegiatan Sosialisasi Sadar Hukum

Untuk menumbuhkan sadar hukum siswa dan sebagai penunjang sekolah mengikuti lomba sekolah sadar hukum tingkat Provinsi maka sekolah mengundang pihak kepolisian untuk menjadi pembina upacara untuk memberikan informasi tentang pentingnya sadar hukum. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan sosialisasi khusus untuk kelompok siswa sadar hukum. Pada saat yang sama juga dilaksanakan pengalungan kembali medali PORKOT dan KEJURDA untuk memberikan motivasi positif kepada siswa

 

sadar hukum 2 sadar hukum 1

 

 

 

 

medali

 

 

 

 

 

 

 

8. Budaya Positif melalui Soft Skil “SMAN 11 TV”

Untuk pengembangan ekskul PODCAST di SMAN 11 Padang dengan program SMAN 11 TV agar lebih mengembangkan minat dan bakat siswa. Program yang dalam tahpodcastap editing ini adalah NEWS dan Minat Bakat.

 

 

 

 

 

 

news minat bakat