Pembiasaan Budaya Disiplin Positif Di Sekolah
Pembiasaan Budaya Disiplin Positif Di Sekolah
Asmi Yuriana Dewi, M.Pd
SMAN 11 Padang
CGP Angkatan 4
Pengetahuan dan pengalaman yang saya peroleh pada program guru penggerak akan saya bagikan kepada guru yang di SMAN 11 Padang terutama kepada komunitas praktisi yang sudah dibentuk. Sharing pengalaman dilakukan dalam bentuk diskusi dengan komunitas praktisi dalam menyusun program untuk kemajuan sekolah. Dalam pembiasaan budaya disiplin positif saya akan bekerja sama dengan Tim Gerakan Disiplin Sekolah (GDS) menjadi komunitas praktisi disiplin sekolah yang didalamnya juga terdapat guru BK sangat berperan sebagai konselor, mentor dan coach bagi siswa. Tim GDS inilah yang akan berperan dalam kontrol terhadap budaya disiplin sekolah dalam hal merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan tindak lanjut program yang akan dilaksanakan.
Dalam pelaksanaanya tim GDS akan dihadapkan dengan permasalahan siswa seperti kedatangan siswa yang tidak sesuai jadwal, atribut siswa yang tidak sesuai dengan aturan sekolah dan permasalahan siswa yang mengandung dilema etika. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, langkah awal dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin untuk menganalisa masalah yang ada. Dengan hasil analisa tersebut dilakukan validasi untuk melihat kebenaran dari akar permasalahan yang ada. Dari situlah dilakukan tahapan pengambilan keputusan untuk memperoleh keputusan yang terbaik. Praktik dari pengetahuan yang diperoleh pada kegiatan pendidikan guru penggerak secara bertahap saya praktikan pada kegiatan pengambilan keputusan karena setiap harinya saya berhadapan dengan kesiswaan yang pada umumnya butuh pengambilan keputusan yang tepat.
Misalkan saja, setiap hari saya dan tim GDS akan berhadapan dengan penanaman budaya disiplin positif di sekolah terkait kedatangan siswa yang sesuai jadwal. Kesepakatan sekolah bahwa pukul 07.45 gerbang sudah ditutup sudah diketahui semua siswa. Namun setiap harinya ditemukan beberapa siswa yang terlambat dengan berbagai alasan. Menyikapi hal tersebut, saya dan tim GDS akan memberikan pembinaan kepada siswa tersebut dengan memberikan arahan, meminta siswa tersebut membuat kesepakatan untuk siswa tersebut jika terlambat lagi. Pada surat perjanjian yang menjadi dokumen kesepakatan tersebut siswa diminta menjelaskan penyebab yang jelas keterlambatan siswa tersebut ke sekolah. Dari data tersebut ditemukan beberapa siswa yang memang karena bekerja di malam hari seperti berdagang dan nelayan, ada yang ketiduran, kendaraan yang bermasalah dan transportasi ojek yang kurang karena rumah jauh. Tim GDS BK akan memberikan pembinaan kepada siswa tersebut agar bisa mengatasi permasalahan siswa tersebut. Setelah dilakukan pembinaan maka siswa tersebut tetap diizinkan mengikuti PBM hari tersebut dengan mengingat siswa tersebut ada yang tinggal jauh di daerah yang memang transportasi ojek sulit. Namun siswa tersebut diminta komitmen dengan perjanjian yang telah mereka buat.
Untuk pengambilan keputusan ini saya berkolaborasi dengan tim GDS, guru piket dan wali kelas. Sejauh ini terhadap koordinasi yang baik, untuk melakukan pembinaan terhadap siswa dengan tahapan sesuai dengan kebutuhan/permasalahan yang dihadapi siswa. Guru BK yang sangat berperan sebagai konselor, mentor dan coach bagi siswa selalu melakukan kontrol terhadap siswa secara rutin, salah satunya adanya kebijakan sekolah dimana setiap siswa wajib diskusi dengan guru BK minimal 1 kali dalam setiap semesternya. Hal ini sangat efektif sekali dalam menggali kendala/permasalahan yang dihadapi siswa. Dengan menganalisis permasalahan siswa tersebut dapat dilakukan pengambilan keputusan secara bersama sehingga diyakini efektif menyikapi permasalahan siswa tersebut.
Dalam hal budaya positif dilingkungan guru juga ditemui beberapa permasalahan khususnya pada komunitas praktisi. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam komunitas praktisi terkadang molor akibat banyaknya tugas tambahan yang dilakukan oleh guru yang tergabung dalam komunitas praktisi. Misalnya komunitas praktisi dalam pengontrolan disiplin sekolah, masih adanya dari komunitas yang kurang peduli dengan kegiatan GDS. Untuk itu dilakukan kegiatan evaluasi yang kontiniu dan pengembangan program yang terjadwal. Untuk kegiatan komunitas praktisi “SMAN 11 TV” terkadang juga terkendala jadwal tayang program yang diundur. Hal ini disebabkan karena beberapa anggota komunitas praktisi yang punya tugas tambahan lain, sarana dan prasarana yang kurang dan masih belum idealnya koordinasi antara anggota komunitas praktisi yang terdiri dari unsur guru dan siswa. Melihat kondisi tersebut, dibangun rapat evaluasi dari masing –masing program dan satu kali sebulan baru dilakukan rapat gabungan. Secara bertahap sarana dan prasarana dilengkapi sehingga anggota komunitas praktisi tidak terganggu bekerja dan bisa mengatur jadwal sendiri.
Dokumentasi kegiatan
1. Kegiatan diskusi dengan ketua kelas
2. Kegiatan diskusi dan evaluasi dengan tim GDS
3. Kegiatan kontrol disiplin siswa dan pembinaan bagi siswa yang terlambat